Makalah Ilmu Sosial Dasar
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang Masalah
Indonesia memiliki etnis
dan budaya yang beragam dari Sabang sampai Merauke,bahkan budaya di Indonesia
sebagai objek wisata yang menguntungkan negara. Ihromi (1999) Kebudayaan adalah
seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai
sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih
tinggi atau lebih diinginkan.Bila disesuaikan dengan antropologi sosial maka
kebudayaan itu bersifat relativisme yaitu berdasarkan pendapat masyarakat
yang mengalami atau masyarakat yang memiliki kebudayaan.
Kebudayaan sangat penting
di dalam kehidupan manusia hal ini didukung dengan pendapat Ihromi (1999)
karena kebudayaan mewujudkan suatu integrasi,maka perubahan pada satu unsur
sering menimbulkan pantulan yang dahsyat dan kadang-kadang pantulan itu terjadi
pada bidang-bidang yang sama sekali tidak disangka semula.Papua merupakan salah
satu pulau yang masih mengikat erat budayanya,walaupun di pulau ini terdapat
kota (Jaya Pura) namun masih terdapat daerah-daerah tertentu yang masih hidup
dengan kebudayaan tanpa dipengaruhi oleh budaya asing. Kebudayaan memotong jari
sebagai ungkapan kesedihan dan pencegahan terjadi kembali tidak dapat ditemukan
di kebudayaan di daerah lain.Pemotongan jari tangan ialah menghilangkan sebuah
organ tubuh yang akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.
1.2.Perumusan
masalah
Melihat
salah satu kebudayaan yang masih ada tetapi tidak lazim dilakukan masyarakat
Wamena dalam memaknai duka cita, yakni memotong jari yang dimiliki saat
keluarga dekat meninggal, maka dalam makalah akhir ini perumusan masalah yang
akan dikaji yaitu :
1.
Bagaimana kebudayaan potong jari yang dilakukan masyarakat suku Dani
di
Wamena yang dijadikan sebagai simbol duka cita keluarga ?
2.
Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan terhadap kebudayaan potong
jari
yang dilakukan masyarakat suku Dani di Wamena ?
3.
Apa solusi lain yang dapat dilakukan masyarakat setempat agar
kebudayaan
potong jari tidak lagi dilakukan untuk memaknai duka cita ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran
Umum Wilayah Kabupaten Jayawijaya
Wilayah kabupaten
Jayawijaya terletak di jantung pulau Cendrawasih. Secara geografi Kabupaten
Jayawijaya terletak antara 30.20′ sampai 50.20′ Lintang Selatan serta 1370.19′
sampai 141 Bujur Timur, dengn batas daerah Sebelah Utara adalah Kabupaten
Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, Barat adalah Kabupaten Paniai, Selatan
adalah Kabupaten Merauke, dan Timur adalah perbatasan Negara Papua Nugini.
Topografi wilayah terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang
luas, dengan puncak-puncak gunung yang ada selalu tertutup salju seperti Pucak
Trikora dengan ketinggian 4.750 m, Puncak Yamin dengan ketinggian 4.595 m, dan
Puncak Mandala dengan ketinggian 4.760 m.
Sarana dan prasarana yang dapat digunakan dari Wamena
menuju Ibu Kota Provinsi Irian Jaya adalah pesawat udara, transportasi ini
merupakan satu-satunya sarana dan prasarana yang dapat digunakan ntuk menjangkau
wilayah tersebut. Tidak hanya itu, beberapa kota kecamatan di kabupaten
Jayawijaya pun hanya dapat dihubungi melalui udara. Beberapa kota kecamatan
yang sudah dapat dijangkau melalui darat, diantaranya Kurulu, Assolagaima,
Makki, Tiom, Kelila.
2.2.Suku
Dani di Jayawijaya
Berbagai suku telah menetap
di wilayah kabupaten Jayawijaya ini, 3 (tiga) suku besar diantaranya
adalah Suku Dani, Suku Yali, dan Suku Ngalum. Masing-masing suku memiliki
kebudayaan yang khas yang berbeda satu dengan lainnya, namun yang serupa dari
ketiganya adalah kedekatan mereka dengan alam dan kepercayaan bahwa hidup baik
dapat diperoleh bila keseimbangan dapat dicapai.
Berbagai
upaya yang tidak lazim pun dilakukan dan sudah menjadi kebudayaan oleh
masyarakat di masing-masing suku tersebut, seperti ‘’perang ‘’ orang Dani, dimana tujuan utamanya adalah pada
pencapaian keseimbangan dengan cara meniadakan unsur-unsur pengganggu yang
mengancam ketenangan, kebudayaan potong jari yang dilakukan oleh
suku Dani yang dijadikan sebagai simbol duka cita yang mendalam bila saudara
terdekat meninggal, dan sebagainya.
Suku Dani merupakan sebuah
suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem , suku ini telah dikenal sejak
ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan mampu menggunakan alat atau
perkakas pertanian. Tidak hanya itu, masyarakat pun telah mengenal
teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu,
serta tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang kuat dan berat. Saat ini,
masyarakat suku Dani masih banyak mengenakan koteka yang terbuat dari kunden
atau labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah dan tinggal di honai-honai.
Kebudayaan-kebudayaan suku seperti upacara besar dan keagamaan serta perang
suku masih dilaksanakan meskipun tidak sebesar dahulu.
Suku Dani ini merupakan
salah satu Suku Terbesar yang mendiami Wilayah Pegunungan Tengah Papua. Selain
Suku Dani, Wilayah Pegunungan Tengah Papua didiami pula oleh suku lain seperti
suku Ekari, suku Moni, suku Damal, suku Amugme, dan beberapa sub suku lainnya.
Sebagian besar masyarakat suku Dani ini menganut agama Kristen. Selain menganut
agama Kristen, adapula masyarakat yang menganut agama Islam, tetapi beberapa
penduduk yang berada di tempat yang lebih terpencil di daerah bukit-bukit masih
berpegang teguh kepada kepercayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka
dan percaya terhadap rekwasi.
Kondisi topografi tempat
tinggal Suku Dani ini terdiri dari gunung-gunung tinggi dan sebagian puncaknya
bersalju dan terdapat lembah-lembah yang luas. Nama Dani dari suku Dani sendiri
bermakna orang asing, yaitu berasal dari kata Ndani, akan tetapi karena ada perubahan fenom N hilang dan
menjadi Dani. Sebagian besar masyarakat lebih senang disebut suku Parim. Suku
ini sangat menghormati nenek moyangnya dan mereka biasanya melakukan upacara
pesta babi sebagai penghormatan. Sub bahasa ibu yang digunakan oleh suku Dani
ada tiga sub bahasa dan secara keseluruhan ketiganya termasuk bahasa-bahasa
kuno yang kemudian seiring perjalanan waktu memecah menjadi berbagai varian
bahasa yang dikenal sekarang ini di masyarakat Papua. Sub bahasa ibu terebut
diantaranya adalah Sub keluarga Wano, Sub keluarga Dani Pusat (terdiri atas
logat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa), serta Sub keluarga Nggalik –
Dugawa. Oleh sebab itu, bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan
bahasa Papua tengah (secara umum).
2.3.Budaya
potong jari suku Dani
Berbagai
kebudayaan serta adat istiadat yang unik dimiliki oleh suku Dani di Wamena,
diantaranya untuk menghormati nenek moyang, sebagian besar masyarakat Suku Dani
membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka dan adanya Kaneka Hagasir.
Selain itu, suku Dani memiliki kebudayaan yang khas untuk menunjukkan kesedihan
dan rasa duka cita saat ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia.
Masyarakat suku ini tidak hanya menangis, namun juga memotong jari sebagai simbol
duka cita. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia
seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, masyarakat suku ini diwajibkan
memotong jari mereka. Masyarakat ini beranggapan bahwa memotong jari adalah
simbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya.
Namun, pemotongan jari juga diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang
kembali’ malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang
berduka.
Pemotongan jari ini pada umumnya
dilakukan oleh kaum Ibu suku Dani , namun ada juga pemotongan jari yang
dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak laki – laki. Bagi masyarakat, jari
diartikan sebagai simbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia
maupun sebuah keluarga yang saling bekerjasama membangun kekuatan agar dapat
berfungsi dengan baik dan sempurna. Apabila salah satu ruasnya hilang tentu
kerja dari sepasang tangan tak dapat bekerja maksimal melakukan tugasnya.
Sehingga hilangnya salah satu bagiannya maka hilanglah komponen
kebersamaan dan berkuranglah kekuatan tangan itu.
Selain masyarakat memotong
jari mereka sebagai symbol duka cita, alasan lain masyarakat suku tersebut
melakukan kebudayaan potong jari adalah “Wene opakima dapulik welaikarek
mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga,
satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu
sejarah/asal-muasal, dan sebagainya, dan karena pemotongan jari tersebut
menurut kepercayaan Masyarakat disana sebagai upaya untuk mencegah kejadian
yang telah merenggut nyawa salah satu keluarga yang sedang berduka.
Tradisi Potong Jari di
Papua sendiri dilakukan dengan berbagai cara, yakni menggunakan benda tajam
seperti pisau, kapak atau parang; menggigit ruas jarinya hingga putus; dan
dengan mengikat jarinya dengan seutas tali sehingga aliran darah terhenti dan
ruas jari menjadi mati baru kemudian dilakukan pemotongan jari. Sebelum
pemotongan jari dilakukan , jari diikat dengan string selama 30 menit.
Setelah di amputasi, ujung jari boleh dikeringkan sebelum dibakar dan abunya
dibakar dan dikubur di area khusus. Kini
budaya potong jari yang menjadi kebudayaan suku Dani di Wamena ini sudah
ditinggalkan dalam beberapa dekade belakangan ini, sehingga jarang ditemui
masyarakat suku Dani yang masih melakukan adat istiadat kebudyayaan ini. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh agama yang telah masuk hingga ke pelosok daerah di
Papua. Namun, di sebagian tempat, kebudayaan masih dilakukan oleh orang-orang
yang tinggal di pedalaman hutan Papua.
2.4.Pandangan
Ilmu Pengetahuan terhadap Budaya Potong Jari
Sebagai
ungkapan kesedihan bila anggota keluarga meninggal dunia,sesuai dengan budaya
Kabupaten Wamena khususnya suku Dani, memotong salah satu jarinya sebagai
lambang dukacita juga mempercayai agar kejadian yang serupa tidak terulang
lagi. Jari mudah terluka, dan patah jari tangan adalah beberapa luka
traumatis yang paling umum yang terlihat di ruang darurat. Mungkin jumlah patah
tulang jari hingga 10% dari semua kasus patah tulang. Karena jari tangan
digunakan untuk banyak kegiatan sehari-hari, mereka berisiko lebih tinggi
daripada bagian lain dari tubuh untuk luka trauma, termasuk cedera olahraga,
cedera di tempat kerja, dan kecelakaan lainnya.Sebuah jari terdiri dari 3
bagian tulang yaitu Distal phalange (ruas paling atas), Medial
phalange ( ruas tengah), Proximal phalange (ruas bawah).Antara ruas
dihubungkan dengan sendi engsel tulang yaitu Distal interphalangeal
(menghubungkan Distal phalange dengan Medial phalange), proximal
interphalangeal (menghubungkan Medial phalange dengan Proximal
phalange).
Suku Wamena memotong jari tangan di sekitar Medial
phalange , bahkan ada yang memotong tepat pada proximal interphalangeal.
Pemotongan dilakukan dengan benda tajam atau mengikat jari yang mau dipotong
dengan benang sampai jaringannya mati kemudian dipotong. Jari merupakan organ
yang sangat penting dalam aktivitas kehidupan yang memengaruhi keberhasilan
sebuah gerakan. Berdasarkan hasil wawancara, laki-laki diperbolehkan memiliki
lebih dari satu istri sedangkan ketua adat sendiri diwajibkan memiliki istri
lebih dari dua dikarenakan seorang istri memiliki tugas masing-masing. Bahkan
pernah ditemui ada laki-laki yang mempunyai dua belas isteri. Apabila memilki
istri yang banyak, kemungkinan jari yang dipotong akan semakin banyak pula.
Pada kasus suami yang beristeri dua belas, kemungkinan jari orang tersebut akan
habis dipotong karena banyaknya anggota keluaga.
Pemotongan jari ini yang
kemudian akan menyulitkan dalam melakukan aktivitas-aktivitas sederhana,
seperti sulit untuk mengambil makanan dengan tangan juga sendok sehingga lambat
laun nutrisi atau kadar gizi tidak sesuai dengan yang tubuh butuhkan,
atau ketika sidik jari kemungkinan ketiga organ jari yang dibutuhkan tidak
mencukupi. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara yang juga dikatakan kalau
daerah Wamena sudah memiliki sistem pemerintahan namun kekuasaan dan
tingkat kepercayaan lebih mendominasi atau lebih besar terhadap ketua adat.
Apabila melakukan amputasi atau potong jari dengan sendiri tanpa saran dokter,
kemungkinan akan mengubah struktur pertumbuhan dan perkembangan organ lain
manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh
atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi
atau tetanus.
Apabila pemotongan
dilakukan sendiri tidak tertutup kemungkinan alat yang digunakan tidak sterill
sehingga dapat menyebabkan penyaki tetanus. Tetanus adalah penyakit akut,
bahkan fatal, yang disebabkan oleh toksin/racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
tetani. Bakteri tetanus
banyak ditemukan di tanah, debu, pupuk, kotoran manusia, kotoran hewan, dan
sampah. Gejala yang timbul pada awalnya adalah sakit
kepala, gelisah, nyeri pada otot rahang yang
kemudian diikuti rasa kaku (trismus), demam, otot perut mengeras, kejang, dan
akhirnya pada seluruh tubuh. Gejala ini biasanya mulai terjadi 8 hari setelah
tubuh terkena infeksi
dan akan menyerang selama 3 hari sampai 3 minggu. Nyeri pada tulang rahang dan
gigi seringkali membuat pasien sulit untuk membuka mulutnya atau untuk menelan
makanan, dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian akibat
sesak atau sukar bernafas. Tetanus
sendiri tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.
2.5.Peran
Babi bagi Masyarakat Wamena (Suku
dani)
Di
beberapa daerah di indonesia ternak babi memberikan manfaat yang besar bagi
peternak misalnya daerah Toraja, Bali, Ambon, Nusa Tengara Barat, Nusa Tengara
Timur dan Papua. Masyarakat di Kabupaten mimika memelihara ternak babi
merupakan kegiatan turun temurun yang mana dikaitkan dengan adat isti adat di
daerah itu. Selain itu ternak babi juga berperan penting dalam upacara adat dan
ritual keagamaan. Begitu pula dengan suku Amungme dan Dani atau dikenal
masyarakat pedalaman pegunungan tengah umumnya mereka menggangap bahwa ternak
babi sebagai hewan yang mempunyai nilai sosial tinggi.
Bagi masyarakat pedalaman
pegunungan tengah, nilai sosial ternak babi sangat tinggi karena budaya
masyarakat memelihara hewan ini erat kaitannya dengan praktek adat istiadat dan
upacara ritual budaya setempat. Babi merupakan satu – satunya hewan yang
diternakkan sejak lama oleh masyarakat Jayawijaya, karena babi memiliki
multiperan dalam kehidupan sosial mereka.. Hewan yang dianggap sakral ini
sering digunakan dalam berbagai kegiatan ritual budaya. Ternak babi di Papua
umumnya dipelihara oleh masyarakat baik yang berdomisili di daerah pesisir
pantai dan pegununungan ataupun masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Hal
ini dilakukan karena ternak babi dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan juga
dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Ternak babi juga mempunyai beberapa keuntungan antara
lain dapat mengkonsumsi semua bahan makanan dan bisa diubah menjadi daging,
lemak, dengan sangat efisien. Untuk pembentukan 1 kg daging dibutuhkan rata –
rata 3,5 kg makanan, kecuali hijauan yang berserat kasar tinggi, dan laju
pertumbuhannya cepat, efesien dalam mengubah makanan menjadi daging. Ternak
babi sangat peridi , satu kali beranak bisa mencapai 6 – 12 ekor perkelahiran
dan setiap induk bisa beranak 2 kali dalam satu tahun.
Berikut peran atau
pentingnya babi bagi masyarakat Wamena :
a. Lambang status sosial
keluarga di Wamena.
Semakin banyak babi yang
dimiliki, maka semakin terpandang kedudukan keluarga tersebut. Berperan sebagai
salah satu sarana untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan hubungan. Sebagai
orang ternama di kalangan masyarakat seperti kepala suku harus memiliki ternak
babi sehingga dianggap mempunyai kedudukan lebih tinggi, mempunyai istri lebih
dari satu, mempunyai kemampuan dan naluri perang yang baik secara fisik maupun
secara ekonomis biasa sebut (Nagawan). Dikalangan masyarakat Amungme, Dani
dimana pada ternak babi yang banyak ini di pergunakan untuk berbagai hal
seperti permasalahan-permasalahan diatas karena (Nagawan) harus bertangung jawab
atas segala persoalan yang terjadi di kalangan masyarakatnya.
b. Pembayar denda
Budaya di Masyarakat
pedalaman pegunungan tengah apabila terjadi pelangaran terhadap tata pergaulan
atau norma – norma adat yang berlaku pada masyarakat maka tindakan tersebut
dianggap sebagai menyalai aturan adat dan melanggar aturan adat tersebut harus
diproses lewat jalur hukum adat. Selain itu perjinahan isteri orang lain juga
harus di denda dengan sejumlah ekor ternak babi dampak konflik sosial
pertikaian antar kelompok atau suku biasanya diselesaikan dengan pengunaan
ternak babi, jadi penggunaan ternak babi sanggat penting dalam kehidupan
masyarakat pegunungan tengah pada umumnya dan masyarakat Amungme dan suku Dani
Kabupaten mimika dan Puncak pada khususnya.
c. Mas kawin
Di daerah Wisselmeren
(Danau Paniai) harga seorang perempuan maupun babi diungkapkan dengan kerang
Kauri. Di daerah lain malah harga seorang perempuan langsung diungkapan
dalam jumlah ekor babi. Babi sebagai alat bayar mas kawin untuk melepaskan
seorang gadis dari tangung jawab orang tuanya kepada keluarga suami. Untuk suku
Amungme dan Dani khususnya dan masyarakat pedalaman pegunungan tengah umumnya
ternak babi merupakan salah satu bentuk Mas kawin. Seperti kulit siput adalah
kulit biah, kampak, parang, garam, dan berbagai macam peralatan lainnya
dipergunakan sebagai mas kawin sebagai barang yang berharga.
d. Pengungkapan duka cita
Salah
satju ungkapan duka cita yaitu pada upacara kematian. Biasanya beberapa kerabat
yang berduka membawa babi, rokok kretek, minyak goreng, garam, gula, kopi, dan
ikan asin sebagai lambang ungkapan belasungkawa. Terdapat etika saat
mengucapkan belasungkawa, dan mereka harus berpelukan erat dan saling berciuman
pipi.
e. Dimanfaatkan pada berbagai
upacara adat.
Salah
satu upacara adat di Wamena yaitu, Pesta Bakar Batu . Sebuah ritual tradisional
sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan
tamu agung, sebagai upacara kematian,bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku
serta ajang berkumpul warga. Tahapnya yaitu, tahap persiapan, bakar babi, dan
makan bersama. Masing – masing suku menyumbang babi dan masing – masing kepala
suku memanhanya. Jika pada panahan pertama babi langsung mati, maka itu
bertanda acara akan lancar, begitu pula sebaliknya.
f. Alat tukar
Babi
juga digunakan sebagai alat tukar menukar, yaitu dapat digunakan untuk
mengembalikan apa yang pernah diberikan oleh sanak saudara saat mengadakan
upacara adat, kesulitan, pesta, dan saat sanak saudara yang datang jauh. Tukar
menukar terjadi setelah kedua belah pihak sepakat.
g. Pelindung dari Nyamuk dan
sebagai Hiasan
Babi
dapat melindungi tubuh dari serangan nyamuk dengan cara mengoleskan minyak babi
ke sekujur tubuh. Minyak babi juga mereka gunakan untuk meminyaki rambut. dan
menghiasi wajah. Hiasan wajah ada dua warna, yaitu putih dan hitam. Warna hitam
terbuat dari minyak babi yang dicampur dengan jelaga. Sedangkan warna putih,
dari minyak babi dicampur dengan kapur.
Peran
babi sangat penting, maka pemeliharaan babi dilakukan dengan seksama, jadi
tidak jarang di Wamena terlihat perempuan menyusui seekor anak babi dan terkadang sekaligus dengan anaknya.
Selain itu, jika ada orang yang menabrak babi, maka harus membayar ganti rugi
sekitar 8juta rupiah untuk babi jantan dan untuk betina, harga tersebut masih
harus ditambah dengan Rp 1 juta per puting susunya.
.
2.6.Masyarakat
Wamena (suku dani)
dalam Mengatasi Duka Cita
Masyarakat memiliki cara
tersendiri dalam mengatasi kesedihan atau kedukaan dalam hidupnya. Salah satu
cara yang unik yaitu pada masyarakat Wamena. Berikut cara tersebut :
a. Potong Jari
Tradisi
potong jadi biasanya di lakukan saat keluarga atau kerabat terdekat (suami,
anak, orangtua dan saudara kandung). Hal tersebut merupakan cara mereka
mengungkapkan kasih sayang dan kepedihan saat mereka kehilangan orang yang
paling mereka sayangi. Mereka beranggapan bahwa dengan menotong jari akan
mencegah malapetaka yang telah merenggut keluarganya terulang kembali. Bagi
Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kebersatuan dan
kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Jari saling bekerjasama
membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna.
Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan
kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah
komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan. Tradisi Potong Jari dilakukan
dengan berbagai cara, mulai menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau
parang, dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas
tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru
dilakukan pemotongan jari. Selain itu, terdapat juga tradisi yang
dilakukan dalam upacara berkabung, yaitu tradisi mandi lumpur.
b. Kurban
Babi
Kurban
babi dilakukan untuk mempersembahkan kurban dan sesajian untuk dewa dan roh –
roh yang mereka percayai. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
malapetaka dan kejadian yang tidak diinginkan datang kembali, seperti kematian,
nasib sial atau kurang beruntung. Setelah babi dipotong, maka akan dimakan
bersama dengan penduduk
2.7.Alternatif
Memaknai Ungkapan Duka Cita
Budaya potong jari di
Wamena dianggap tidak lazim dan kurang tepat dalam menyikapi duka cita serta
memiliki beberapa kerugian terhadap tubuh manusia. Berbagai kerugian yang dapat
terjadi yaitu, pergerakan jari tanganakan tidak leluasa, tidak nyaman, serta
mengganggu aktivitas manusia, apalagi jika seluruh jari terpotong.
Anggota tubuh yang lengkap tak terkecuali jari tangan memiliki fungsi yang
penting bagi seluruh aktivitas manusia. Selain itu penguunaan cara dan alat
yang kurang tepat akan mengakibatkan infeksi dan tetanus pada jari.
Dari uraian di atas, maka
solusi yang dapat diberikan yaitu dengan kurban babi ataupun hewan lainnya yang
penting (sakral). Hal tersebut karena peran babi sangat penting bagi masyarakat
Wamena. Agar lebih efektif, penyuluh dapat melakukan pendekatan terlebih dahulu
dengan kepala suku, karena jika kepala suku menerima saran ini maka kemungkinan
besar akan diterima oleh penduduk sekitar. Hal tersebut karena kepala suku
memiliki kekuasaan dan dipercaya oleh penduduknya. Sosialisasi dapat dilakukan
pada saat ada acara perkumpulan – perkumpulan seperti acara adat bakar batu
dalam acara santai yaitu dalam perkumpulan yang dapat mempererat
solidaritas antar warga.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Masyarakat suku Dani di
Wamena memiliki kebudayaan yang unik yaitu, pada saat menghadapi kesedihan atau
kedukaan, mereka memotong jari sebagai simbol duka cita tersebut, misalnya bila
ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia. Hal tersebut
diwajibkan karena merupakan simbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang
kehilangan anggota keluarganya. Selain itu, diartikan juga sebagai upaya untuk
mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di
dalam keluarga yang berduka.
Budaya potong jari memiliki
beberapa kerugian, antara lain akan mengganggu aktivitas manusia dikarenakan
jari merupakan salah satu anggota tubuh manusia yang penting. Selain itu,
pemotongan menggunakan benda dan cara yang kurang tepat akan mengakibatkan
infeksi dan tetanus.
Babi memiliki peran yang
sangat penting bagi masyarakat suku Dani, antara lain sebagai lambang status
sosial keluarga di Wamena,pembayar denda, mas kawin, pengungkapan duka
cita, dimanfaatkan pada berbagai upacara adat, alat tukar, pelindung dari
nyamuk dan sebagai hiasan.
3.2.Saran
Untuk menghilangkan budaya
potong jari yang dianggap kurang tepat dalam menyikapi duka cita, maka
masyarakat dapat mengungkapkan rasa dukacitanya melalui kurban babi ataupun
hewan penting (sakral) lainnya. Agar menjadi lebih efektif dalam penyampaian
saran tersebut, maka penyuluh dapat melakukan pendekatan dengan kepala suku dan
menyosialisasikan pada saat perkumpulan adat yaitu acara bakar batu.
DAFTAR PUSTAKA
https://putriginting31.wordpress.com/2013/05/08/makalah-akhir-mata-kuliah-antropologi-sosial-kebudayaan-masyarakat-suku-dani-wawena-kebudayaan-potong-jari-sebagai-simbol-duka-cita/
Casino No Deposit Bonus Codes - Gambling - Poormans
ReplyDeleteCasino No 빡촌 후기 Deposit Bonus Codes · 1. Red Dog Casino 포커 규칙 · 2. Caesars Casino · 3. Slotocash Casino 수 있습니다 · 4. Wild 트 위치 룰렛 Casino · 5. Unibet Casino · 6. Red 사이트 제작 Dog.