Makalah Ilmu Sosial Dasar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
  Indonesia memiliki etnis dan budaya yang beragam dari Sabang sampai Merauke,bahkan budaya di Indonesia sebagai objek wisata yang menguntungkan negara. Ihromi (1999) Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan.Bila disesuaikan dengan antropologi sosial maka kebudayaan itu bersifat relativisme yaitu  berdasarkan pendapat masyarakat yang mengalami atau masyarakat yang memiliki kebudayaan.
  Kebudayaan sangat penting di dalam kehidupan manusia hal ini didukung dengan  pendapat Ihromi (1999) karena kebudayaan mewujudkan suatu integrasi,maka perubahan pada satu unsur sering menimbulkan pantulan yang dahsyat dan kadang-kadang pantulan itu terjadi pada bidang-bidang yang sama sekali tidak disangka semula.Papua merupakan salah satu pulau yang masih mengikat erat budayanya,walaupun di pulau ini terdapat kota (Jaya Pura) namun masih terdapat daerah-daerah tertentu yang masih hidup dengan kebudayaan tanpa dipengaruhi oleh budaya asing. Kebudayaan memotong jari sebagai ungkapan kesedihan dan pencegahan terjadi kembali tidak dapat ditemukan di kebudayaan di daerah lain.Pemotongan jari tangan ialah menghilangkan sebuah organ tubuh yang akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.







 1.2.Perumusan masalah
   Melihat salah satu kebudayaan yang masih ada tetapi tidak lazim dilakukan masyarakat Wamena dalam memaknai duka cita, yakni memotong jari yang dimiliki saat keluarga dekat meninggal, maka dalam makalah akhir ini perumusan masalah yang akan dikaji yaitu :
1. Bagaimana kebudayaan potong jari yang dilakukan masyarakat suku Dani   
    di Wamena yang dijadikan sebagai simbol duka cita keluarga ?
2. Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan terhadap kebudayaan  potong  
     jari yang dilakukan masyarakat suku Dani di Wamena ?
3. Apa solusi lain yang dapat dilakukan masyarakat setempat agar
    kebudayaan potong jari tidak lagi dilakukan untuk  memaknai duka cita  ?















BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jayawijaya
   Wilayah kabupaten Jayawijaya terletak di jantung pulau Cendrawasih. Secara geografi Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20′ sampai 50.20′ Lintang Selatan serta 1370.19′ sampai 141 Bujur Timur, dengn batas daerah Sebelah Utara adalah Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, Barat adalah Kabupaten Paniai, Selatan adalah Kabupaten Merauke, dan Timur adalah perbatasan Negara Papua Nugini. Topografi wilayah terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas, dengan puncak-puncak gunung yang ada selalu tertutup salju seperti Pucak Trikora dengan ketinggian 4.750 m, Puncak Yamin dengan ketinggian 4.595 m, dan Puncak Mandala dengan ketinggian 4.760 m.
Sarana dan prasarana yang dapat digunakan dari Wamena menuju Ibu Kota Provinsi Irian Jaya adalah pesawat udara, transportasi ini merupakan satu-satunya sarana dan prasarana yang dapat digunakan ntuk menjangkau wilayah tersebut. Tidak hanya itu, beberapa kota kecamatan di kabupaten Jayawijaya pun hanya dapat dihubungi melalui udara. Beberapa kota kecamatan yang sudah dapat dijangkau melalui darat, diantaranya Kurulu, Assolagaima, Makki, Tiom, Kelila.
2.2.Suku Dani  di Jayawijaya
   Berbagai suku telah menetap di wilayah kabupaten Jayawijaya ini, 3 (tiga) suku besar diantaranya  adalah Suku Dani, Suku Yali, dan Suku Ngalum. Masing-masing suku memiliki kebudayaan yang khas yang berbeda satu dengan lainnya, namun yang serupa dari ketiganya adalah kedekatan mereka dengan alam dan kepercayaan bahwa hidup baik dapat diperoleh bila keseimbangan dapat dicapai.



        Berbagai upaya yang tidak lazim pun dilakukan dan sudah menjadi kebudayaan oleh masyarakat di masing-masing suku tersebut, seperti ‘’perang ‘’  orang Dani, dimana tujuan utamanya adalah pada pencapaian keseimbangan dengan cara meniadakan unsur-unsur pengganggu yang mengancam ketenangan,   kebudayaan potong jari yang dilakukan oleh suku Dani yang dijadikan sebagai simbol duka cita yang mendalam bila saudara terdekat meninggal, dan sebagainya.
   Suku Dani merupakan sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem , suku ini telah dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan mampu menggunakan alat atau perkakas pertanian. Tidak hanya itu, masyarakat pun  telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu, serta tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang kuat dan berat. Saat ini, masyarakat suku Dani masih banyak mengenakan koteka yang terbuat dari kunden atau labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah dan tinggal di honai-honai. Kebudayaan-kebudayaan suku seperti upacara besar dan keagamaan serta perang suku masih dilaksanakan meskipun tidak sebesar dahulu.
    Suku Dani ini merupakan salah satu Suku Terbesar yang mendiami Wilayah Pegunungan Tengah Papua. Selain Suku Dani, Wilayah Pegunungan Tengah Papua didiami pula oleh suku lain seperti suku Ekari, suku Moni, suku Damal, suku Amugme, dan beberapa sub suku lainnya. Sebagian besar masyarakat suku Dani ini menganut agama Kristen. Selain menganut agama Kristen, adapula masyarakat yang menganut agama Islam, tetapi beberapa penduduk yang berada di tempat yang lebih terpencil di daerah bukit-bukit masih berpegang teguh kepada kepercayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka dan percaya terhadap rekwasi.




    Kondisi topografi tempat tinggal Suku Dani ini terdiri dari gunung-gunung tinggi dan sebagian puncaknya bersalju dan terdapat lembah-lembah yang luas. Nama Dani dari suku Dani sendiri bermakna orang asing, yaitu berasal dari kata Ndani, akan tetapi karena ada perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani. Sebagian besar masyarakat lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya dan mereka biasanya melakukan upacara pesta babi sebagai penghormatan. Sub bahasa ibu yang digunakan oleh suku Dani ada tiga sub bahasa dan secara keseluruhan ketiganya termasuk bahasa-bahasa kuno yang kemudian seiring perjalanan waktu memecah menjadi berbagai varian bahasa yang dikenal sekarang ini di masyarakat Papua. Sub bahasa ibu terebut diantaranya adalah Sub keluarga Wano, Sub keluarga Dani Pusat (terdiri atas logat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa), serta Sub keluarga Nggalik – Dugawa. Oleh sebab itu, bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Papua tengah (secara umum).
2.3.Budaya potong jari suku Dani
        Berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang unik dimiliki oleh suku Dani di Wamena, diantaranya untuk menghormati nenek moyang, sebagian besar masyarakat Suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka dan adanya Kaneka Hagasir. Selain itu, suku Dani memiliki kebudayaan yang khas untuk menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita saat ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Masyarakat suku ini tidak hanya menangis, namun juga memotong jari sebagai simbol duka cita. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, masyarakat suku ini diwajibkan memotong jari mereka. Masyarakat ini beranggapan bahwa memotong jari adalah simbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Namun, pemotongan jari juga diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.


    Pemotongan jari ini pada umumnya dilakukan oleh kaum Ibu suku Dani , namun ada juga pemotongan jari yang dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak laki – laki. Bagi masyarakat, jari diartikan sebagai simbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga yang saling bekerjasama membangun kekuatan agar dapat berfungsi dengan baik dan sempurna. Apabila salah satu ruasnya hilang tentu kerja dari sepasang tangan tak dapat bekerja maksimal melakukan tugasnya. Sehingga hilangnya salah satu bagiannya  maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan tangan itu.
    Selain masyarakat memotong jari mereka sebagai symbol duka cita, alasan lain masyarakat suku tersebut melakukan kebudayaan potong jari adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya, dan karena pemotongan jari tersebut menurut kepercayaan Masyarakat disana sebagai upaya untuk mencegah kejadian yang telah merenggut nyawa salah satu keluarga yang sedang berduka.
    Tradisi Potong Jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai cara, yakni menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang; menggigit ruas jarinya hingga putus; dan dengan mengikat jarinya dengan seutas tali sehingga aliran darah terhenti dan ruas jari menjadi mati baru kemudian dilakukan pemotongan jari. Sebelum pemotongan jari dilakukan , jari diikat dengan string selama 30 menit. Setelah di amputasi, ujung jari boleh dikeringkan sebelum dibakar dan abunya dibakar dan dikubur di area khusus. Kini budaya potong jari yang menjadi kebudayaan suku Dani di Wamena ini sudah ditinggalkan dalam beberapa dekade belakangan ini, sehingga jarang ditemui masyarakat suku Dani yang masih melakukan adat istiadat kebudyayaan ini. Hal ini disebabkan oleh pengaruh agama yang telah masuk hingga ke pelosok daerah di Papua. Namun, di sebagian tempat, kebudayaan masih dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di pedalaman hutan Papua.

2.4.Pandangan Ilmu Pengetahuan terhadap Budaya Potong Jari
   Sebagai ungkapan kesedihan bila anggota keluarga meninggal dunia,sesuai dengan budaya Kabupaten Wamena khususnya suku Dani, memotong salah satu jarinya sebagai lambang dukacita juga mempercayai agar kejadian yang serupa tidak terulang lagi. Jari mudah terluka, dan patah jari tangan adalah beberapa luka traumatis yang paling umum yang terlihat di ruang darurat. Mungkin jumlah patah tulang jari hingga 10% dari semua kasus patah tulang. Karena jari tangan digunakan untuk banyak kegiatan sehari-hari, mereka berisiko lebih tinggi daripada bagian lain dari tubuh untuk luka trauma, termasuk cedera olahraga, cedera di tempat kerja, dan kecelakaan lainnya.Sebuah jari terdiri dari 3 bagian tulang yaitu Distal phalange (ruas paling atas), Medial phalange ( ruas tengah), Proximal phalange (ruas bawah).Antara ruas dihubungkan dengan sendi engsel tulang  yaitu Distal interphalangeal (menghubungkan Distal phalange dengan Medial phalange), proximal interphalangeal (menghubungkan Medial phalange dengan Proximal phalange).
Suku Wamena memotong jari tangan di sekitar Medial phalange , bahkan ada yang memotong tepat pada proximal interphalangeal. Pemotongan dilakukan dengan benda tajam atau mengikat jari yang mau dipotong dengan benang sampai jaringannya mati kemudian dipotong. Jari merupakan organ yang sangat penting dalam aktivitas kehidupan yang memengaruhi keberhasilan sebuah gerakan. Berdasarkan hasil wawancara, laki-laki diperbolehkan memiliki lebih dari satu istri sedangkan ketua adat sendiri diwajibkan memiliki istri lebih dari dua dikarenakan seorang istri memiliki tugas masing-masing. Bahkan pernah ditemui ada laki-laki yang mempunyai dua belas isteri. Apabila memilki istri yang banyak, kemungkinan jari yang dipotong akan semakin banyak pula. Pada kasus suami yang beristeri dua belas, kemungkinan jari orang tersebut akan habis dipotong karena banyaknya anggota keluaga.


    Pemotongan jari ini yang kemudian akan menyulitkan dalam melakukan aktivitas-aktivitas sederhana, seperti sulit untuk mengambil makanan dengan tangan juga sendok sehingga lambat laun nutrisi atau kadar gizi tidak sesuai dengan yang tubuh butuhkan,  atau ketika sidik jari kemungkinan ketiga organ jari yang dibutuhkan tidak mencukupi. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara yang juga dikatakan kalau daerah Wamena sudah memiliki sistem pemerintahan namun kekuasaan  dan tingkat kepercayaan lebih mendominasi atau lebih besar terhadap ketua adat. Apabila melakukan amputasi atau potong jari dengan sendiri tanpa saran dokter, kemungkinan akan mengubah struktur pertumbuhan dan perkembangan organ lain manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi atau tetanus.
    Apabila pemotongan dilakukan sendiri tidak tertutup kemungkinan alat yang digunakan tidak sterill sehingga dapat menyebabkan penyaki tetanus. Tetanus adalah penyakit akut, bahkan fatal, yang disebabkan oleh toksin/racun yang dihasilkan oleh bakteri  Clostridium tetani. Bakteri tetanus banyak ditemukan di tanah, debu, pupuk, kotoran manusia, kotoran hewan, dan sampah. Gejala yang timbul pada awalnya adalah sakit kepala, gelisah, nyeri pada otot rahang yang kemudian diikuti rasa kaku (trismus), demam, otot perut mengeras, kejang, dan akhirnya pada seluruh tubuh. Gejala ini biasanya mulai terjadi 8 hari setelah tubuh terkena infeksi dan akan menyerang selama 3 hari sampai 3 minggu. Nyeri pada tulang rahang dan gigi seringkali membuat pasien sulit untuk membuka mulutnya atau untuk menelan makanan, dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian akibat sesak atau sukar bernafas. Tetanus sendiri tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.



2.5.Peran Babi bagi Masyarakat Wamena (Suku dani)
    Di beberapa daerah di indonesia ternak babi memberikan manfaat yang besar bagi peternak misalnya daerah Toraja, Bali, Ambon, Nusa Tengara Barat, Nusa Tengara Timur dan Papua. Masyarakat di Kabupaten mimika memelihara ternak babi merupakan kegiatan turun temurun yang mana dikaitkan dengan adat isti adat di daerah itu. Selain itu ternak babi juga berperan penting dalam upacara adat dan ritual keagamaan. Begitu pula dengan suku Amungme dan Dani atau dikenal masyarakat pedalaman pegunungan tengah umumnya mereka menggangap bahwa ternak babi sebagai hewan yang mempunyai nilai sosial tinggi.
    Bagi masyarakat pedalaman pegunungan tengah, nilai sosial ternak babi sangat tinggi karena budaya masyarakat memelihara hewan ini erat kaitannya dengan praktek adat istiadat dan upacara ritual budaya setempat. Babi merupakan satu – satunya hewan yang diternakkan sejak lama oleh masyarakat Jayawijaya, karena babi memiliki multiperan dalam kehidupan sosial mereka.. Hewan yang dianggap sakral ini sering digunakan dalam berbagai kegiatan ritual budaya. Ternak babi di Papua umumnya dipelihara oleh masyarakat baik yang berdomisili di daerah pesisir pantai dan pegununungan ataupun masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Hal ini dilakukan karena ternak babi dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Ternak babi juga mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat mengkonsumsi semua bahan makanan dan bisa diubah menjadi daging, lemak, dengan sangat efisien. Untuk pembentukan 1 kg daging dibutuhkan rata – rata 3,5 kg makanan, kecuali hijauan yang berserat kasar tinggi, dan laju pertumbuhannya cepat, efesien dalam mengubah makanan menjadi daging. Ternak babi sangat peridi , satu kali beranak bisa mencapai 6 – 12 ekor perkelahiran dan setiap induk bisa beranak 2 kali dalam satu tahun.



Berikut peran atau pentingnya babi bagi masyarakat Wamena :
a. Lambang status sosial keluarga di Wamena.
    Semakin banyak babi yang dimiliki, maka semakin terpandang kedudukan keluarga tersebut. Berperan sebagai salah satu sarana untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan hubungan. Sebagai orang ternama di kalangan masyarakat seperti kepala suku harus memiliki ternak babi sehingga dianggap mempunyai kedudukan lebih tinggi, mempunyai istri lebih dari satu, mempunyai kemampuan dan naluri perang yang baik secara fisik maupun secara ekonomis biasa sebut (Nagawan). Dikalangan masyarakat Amungme, Dani dimana pada ternak babi yang banyak ini di pergunakan untuk berbagai hal seperti permasalahan-permasalahan diatas karena (Nagawan) harus bertangung jawab atas segala persoalan yang terjadi di kalangan masyarakatnya.
b. Pembayar denda
    Budaya di Masyarakat pedalaman pegunungan tengah apabila terjadi pelangaran terhadap tata pergaulan atau norma – norma adat yang berlaku pada masyarakat maka tindakan tersebut dianggap sebagai menyalai aturan adat dan melanggar aturan adat tersebut harus diproses lewat jalur hukum adat. Selain itu perjinahan isteri orang lain juga harus di denda dengan sejumlah ekor ternak babi dampak konflik sosial pertikaian antar kelompok atau suku biasanya diselesaikan dengan pengunaan ternak babi, jadi penggunaan ternak babi sanggat penting dalam kehidupan masyarakat pegunungan tengah pada umumnya dan masyarakat Amungme dan suku Dani Kabupaten mimika dan Puncak pada khususnya.





c. Mas kawin
    Di daerah Wisselmeren (Danau Paniai) harga seorang perempuan maupun babi diungkapkan dengan kerang Kauri. Di daerah lain malah  harga seorang perempuan langsung diungkapan dalam jumlah ekor babi. Babi sebagai alat bayar mas kawin untuk melepaskan seorang gadis dari tangung jawab orang tuanya kepada keluarga suami. Untuk suku Amungme dan Dani khususnya dan masyarakat pedalaman pegunungan tengah umumnya ternak babi merupakan salah satu bentuk Mas kawin. Seperti kulit siput adalah kulit biah, kampak, parang, garam, dan berbagai macam peralatan lainnya dipergunakan sebagai mas kawin sebagai barang yang berharga.
d. Pengungkapan duka cita
      Salah satju ungkapan duka cita yaitu pada upacara kematian. Biasanya beberapa kerabat yang berduka membawa babi, rokok kretek, minyak goreng, garam, gula, kopi, dan ikan asin sebagai lambang ungkapan  belasungkawa. Terdapat etika saat mengucapkan belasungkawa, dan mereka harus berpelukan erat dan saling berciuman pipi.
e. Dimanfaatkan pada berbagai upacara adat.
       Salah satu upacara adat di Wamena yaitu, Pesta Bakar Batu . Sebuah ritual tradisional sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, sebagai upacara kematian,bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku serta ajang berkumpul warga. Tahapnya yaitu, tahap persiapan, bakar babi, dan makan bersama. Masing – masing suku menyumbang babi dan masing – masing kepala suku memanhanya. Jika pada panahan pertama babi langsung mati, maka  itu bertanda acara akan lancar, begitu  pula sebaliknya.




f. Alat tukar
       Babi juga digunakan sebagai alat tukar menukar, yaitu dapat digunakan untuk mengembalikan apa yang pernah diberikan oleh sanak saudara saat mengadakan upacara adat, kesulitan, pesta, dan saat sanak saudara yang datang jauh. Tukar menukar terjadi setelah kedua belah pihak sepakat.
g. Pelindung dari Nyamuk dan sebagai Hiasan
        Babi dapat melindungi tubuh dari serangan nyamuk dengan cara mengoleskan minyak babi ke sekujur tubuh. Minyak babi juga mereka gunakan untuk meminyaki rambut. dan menghiasi wajah. Hiasan wajah ada dua warna, yaitu putih dan hitam. Warna hitam terbuat dari minyak babi yang dicampur dengan jelaga. Sedangkan warna putih, dari minyak babi dicampur dengan kapur.
Peran babi sangat penting, maka pemeliharaan babi dilakukan dengan seksama, jadi tidak jarang di Wamena terlihat perempuan menyusui seekor anak babi  dan terkadang sekaligus dengan anaknya. Selain itu, jika ada orang yang menabrak babi, maka harus membayar ganti rugi sekitar 8juta rupiah untuk babi jantan dan untuk betina, harga tersebut masih harus ditambah dengan Rp 1 juta per puting susunya.
.









2.6.Masyarakat Wamena (suku dani) dalam Mengatasi Duka Cita
   Masyarakat memiliki cara tersendiri dalam mengatasi kesedihan atau kedukaan dalam hidupnya. Salah satu cara yang unik yaitu pada masyarakat Wamena. Berikut cara tersebut :
a. Potong Jari
       Tradisi potong jadi biasanya di lakukan saat keluarga atau kerabat terdekat (suami, anak, orangtua dan saudara kandung). Hal tersebut merupakan cara mereka mengungkapkan kasih sayang dan kepedihan saat mereka kehilangan orang yang paling mereka sayangi. Mereka beranggapan bahwa dengan menotong jari akan mencegah malapetaka yang telah merenggut keluarganya terulang kembali. Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan. Tradisi Potong Jari dilakukan dengan berbagai cara, mulai menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang, dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari. Selain itu, terdapat  juga tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung, yaitu tradisi mandi lumpur.
b.  Kurban Babi
       Kurban babi dilakukan untuk mempersembahkan kurban dan sesajian untuk dewa dan roh – roh yang mereka percayai. Hal tersebut dilakukan  untuk menghindari malapetaka dan kejadian yang tidak diinginkan datang kembali, seperti kematian, nasib sial atau kurang beruntung. Setelah babi dipotong, maka akan dimakan bersama dengan penduduk

2.7.Alternatif Memaknai Ungkapan Duka Cita

   Budaya potong jari di Wamena dianggap tidak lazim dan kurang tepat dalam menyikapi duka cita serta memiliki beberapa kerugian terhadap tubuh manusia. Berbagai kerugian yang dapat terjadi yaitu, pergerakan jari tanganakan tidak leluasa, tidak nyaman, serta mengganggu aktivitas manusia, apalagi jika seluruh jari  terpotong. Anggota tubuh yang lengkap tak terkecuali jari tangan memiliki fungsi yang penting bagi seluruh aktivitas manusia. Selain itu penguunaan cara dan alat yang kurang tepat akan mengakibatkan infeksi dan tetanus  pada jari.
   Dari uraian di atas, maka solusi yang dapat diberikan yaitu dengan kurban babi ataupun hewan lainnya yang penting (sakral). Hal tersebut karena peran babi sangat penting bagi masyarakat Wamena. Agar lebih efektif, penyuluh dapat melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan kepala suku, karena jika kepala suku menerima saran ini maka kemungkinan besar akan diterima oleh penduduk sekitar. Hal tersebut karena kepala suku memiliki kekuasaan dan dipercaya oleh penduduknya. Sosialisasi dapat dilakukan pada saat ada acara perkumpulan – perkumpulan seperti acara adat bakar batu dalam acara santai yaitu dalam perkumpulan yang dapat  mempererat solidaritas antar warga.










BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
   Masyarakat suku Dani di Wamena memiliki kebudayaan yang unik yaitu, pada saat menghadapi kesedihan atau kedukaan, mereka memotong jari sebagai simbol duka cita tersebut, misalnya bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia. Hal tersebut diwajibkan karena merupakan simbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Selain itu, diartikan juga sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.
   Budaya potong jari memiliki beberapa kerugian, antara lain akan mengganggu aktivitas manusia dikarenakan jari merupakan salah satu anggota tubuh manusia yang penting. Selain itu, pemotongan menggunakan benda dan cara yang kurang tepat akan mengakibatkan infeksi dan tetanus.
   Babi memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat suku Dani, antara lain sebagai lambang status sosial keluarga di Wamena,pembayar denda, mas kawin,  pengungkapan duka cita, dimanfaatkan pada berbagai upacara adat, alat tukar, pelindung dari nyamuk dan sebagai hiasan.
 3.2.Saran
   Untuk menghilangkan budaya potong jari yang dianggap kurang tepat dalam menyikapi duka cita, maka masyarakat dapat mengungkapkan rasa dukacitanya melalui kurban babi ataupun hewan penting (sakral) lainnya. Agar menjadi lebih efektif dalam penyampaian saran tersebut, maka penyuluh dapat melakukan pendekatan dengan kepala suku dan menyosialisasikan pada saat perkumpulan adat yaitu acara bakar batu.





DAFTAR PUSTAKA
https://putriginting31.wordpress.com/2013/05/08/makalah-akhir-mata-kuliah-antropologi-sosial-kebudayaan-masyarakat-suku-dani-wawena-kebudayaan-potong-jari-sebagai-simbol-duka-cita/






















Comments

  1. Casino No Deposit Bonus Codes - Gambling - Poormans
    Casino No 빡촌 후기 Deposit Bonus Codes · 1. Red Dog Casino 포커 규칙 · 2. Caesars Casino · 3. Slotocash Casino 수 있습니다 · 4. Wild 트 위치 룰렛 Casino · 5. Unibet Casino · 6. Red 사이트 제작 Dog.

    ReplyDelete

Post a Comment